PERJUANGAN SULTAN MAHMUD BADARUDIN
II
Makalah
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
RIKY FEBRIANTO
( 2013131032 )
Semester : 3
M.kuliah : Kartografi
Prodi : Pendidikan Sejarah
Jurusan : Ilmu Pengetahuan
Sosial
D.pengasuh : Khabib Sholeh, M.Pd
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
2014
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Indonesia
adalah Negara yang sangat luas sekaligus kaya akan hasil bumi baik yang
terkandung didalam perut bumi maupun yang di luar permukaan bumi
seperti Rempah-rempah dan juga hasil bumi lainnya. Indonesia juga
mempunyai kepulauan,suku dan bahasa yang
sangat luas yang mempunyai 17.504 Pulau,
1.340 Suku Bangsa dan 546 Bahasa begitu juga dengan Kerajaan-Kerajaan yang ada
di Nusantara pada masa silam seperti Kerajaan Hindu yang pertama di Nusantara yaitu kerajaan Kutai
pada abad ke ke 5 M dan juga kerajaan Islam seperti kerajaan samudra Pasai. Dan
juga diikuti dengan bermunculan kerajaan-kerajan baru seperti kerajaan
Sriwijaya di Palembang,kerajaan mataram,kerajaan kediri,kerajaan di
Bali,kerajaan Sunda,kerajaan Singhasari dan kerajaan Majapahit. namun dengan
seiringnya waktu kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara ini mulai mengalami
keruntuhan hingga akhirnya punah dan tidak terdengar lagi pada masa
itu.Penyebab runtuhnya kerajaan-kerajaan di Nusantara ini sangatlah banyak
sperti diakibatkan oleh peperangan dengan kerajaan lain baik yang didalam
Nusantara, perebutan kekuasaan dan juga
pembrontakan-pembrontakan.
Dengan berakhirnya Kerajaan-kerajaan di Nusantara seperti kerajaan
Sriwijaya yang dulunya sebagai tempat pelabuhan bagi Negara yang ada di
Nusantara untuk berdagang di kawasan Nusantara, dan berakhirnya Kerajaan Majapahit
yang di Jawa maka berubahlah menjadi
sistem Kesultanan seperti Kesultanan Palembang yang bermula dari Kerajaan majapahit
dengan Raja Brawijaya V mengirimkan utusan untuk memimpin Palembang yaitu Ario
Damar putra Brawijaya sendiri,dan setelah sampai di Palembang Ario Damar membangun
kekuatan untuk merebut kembali pengaruh orang-orang Cina. Dan setelah itu Ario
damar memeluk Agama Islam dan mengubah namanya menjadi Ario Dilla. Setelah
beberapa lama Ario Dilla pun menikahi anak dari Demang Lebar Daun yang bernama
Puteri Sandang Biduk,yang akhirnya Ario Dilla ini dapat menguasai Palembang dan
menobatkan dirinya menjadi penguasa di Palemabang. Dan setelah itu Ario Dilla
pun mendapat hadia dari Prabu Brawijaya V yaitu Selirnya sendiri yang bernama
Putri Champa dan langsung dibawah oleh Ario Dilla ke Palembang saat masih
mengandung,setelah di nikahi oleh Ario Dilla maka lahirlah bayi yang di beri
nama Raden Fatah,Raden Fata inilah yang nantinya akan menjadi Raja Pertama
Kesultanan Demak.
Setelah bebrapa kali pergantian penguasa akhirnya Palembang
menjalin hubungan dengan VOC sampai pada masa kepemimpinan Sultan Mahmud
Badarudin II,dan Sultan mahmud Badarudin II ini dikenal sebagai tokoh pejuang
melawan pasukan Inggris dan Belanda yang seperti peristiwa loji di sungai Aur.
Dan dari Sistem Kesultan Palembang dulunya dapat kita rasakan
peninggalan-peninggalannya yang dibuat pada pasa Kesulatan Palembang tersebut
seperti Masjid Agung dan Benteng Kuto Besak yang sampai sekarang masih kita
rasakan dampaknya bagi masyarakat sekitar dan Palembang pada umumnya.
Dari penjelasan diatas kami sangat tertarik untuk mengangkat
tentang Kesultanan Mahmud Badarudin II yang sangat erat hubungannya dengan
VOC,Demak,Banten,Aceh dan Juga Jambi yang ingin menjalin hubungan perdagangan dengan
barang komediti yaitu lada dan juga Tima di Bangka yang nantinya sangat banyak
peperangan yang dikarenakan adanya kecurangan dalam perjanjian perdagangan.
1.2.Permasalahan
1.2.1. Batasan Masalah
1.
Asal Usul Kesultanan Palembang
2.
Sultan-Sultan Palembang Darusalam
3.
Perjuangan Sultan Mahmud Badaruddin II
4.
Akhir perjuangan Sultan Mahmud
badaruddin II
1.2.2. Rumusan Masalah
1.
Apakah yang menyebabkan berdirinya
Kesultanan Palembang Darusalam
2.
Siapa sajakah yang pernah menjadi Sultan
Palembang Darusalam
3.
Bagaimanakah perjuangan SMB II melawan Belanda
dan Inggris yang ingin mengusai Palembang
4.
Mengapa Kesultanan Palembang Darusalam
runtuh pada abad 23 Masehi
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab dan
asal usuil berdirinya kesultanan
Palembang Darusalam
2.Untuk mengetahui siapa sajakah
yang pernah menjadi Sultan di Palemabng
3. Untuk mengetahui bagaimana
perjuangan SMB II
4.Untuk mengetahui apa penyebab
runtuhnya Kesultana Palembang Darusalam
1.4.
Manfaat
Dari tujuan dan rumusan diatas diharapkan kita semua
dapat memahami dan mengerti penyebab dan asal usul berdirinya Kesultanan di
Palembang serta bagaimanakah Sejarah
perjuangan SMB II ketika menjadi Sultan Palembang Darusalam dan apa yang bisa
kita ambil dalam sejarahnya untuk menjalani kehidupan sehari dalam
bermasyarakat dan ber Negara.
BAB
II PEMBAHASAN
2.1. Asal Usul Kesultanan Palembang
Dari catatan Sejarah
tilisan dengan huruf Arab yang dibuat oleh priyayi di Palembang dapat dibaca
sebagai berikut : “ Telah di riwayatkan bahwa adalah berpindah beberapa anak
raja-raja dari tanah Jawa ke negeri palembang dengan sebab huru hara Sultan
Pajang menyerang Demak dan adalah bermula menjadi raja di Pelembang dari pada
mereka itu Kiyai geding Suro Tuo anak Kiyai Gedih Siding lautan dan manakalah
wafat kiyai Geding Suro Tuo itu maka digantikan oleh kiyai Geding Suro Mudo
anak Kiyai Geding Ilir dan adalah pada ketika itu semuanya adalah anak-anak
raja yang perpindah dari tanah Jawa di Negeri Palembang
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada orang keturunan pangeran Trenggone hijra
ke Palembang dibawah pimpinan Kiyai Geding Suro Tuo yang menetap dia di
seperkampungan Kuto Gawang Suatu daerah sekitar kampung Palembang lamo.
Sebagaimana diketahui,pangeran Trenggone adalah Putra Raden Fatah,Bin Prabu
Kertabumi Brawijaya V dari Majapahit dengan istrinya soerang putri dari
Cina,lahir dan dibesarkan di Palembang di Istana saudarnya lain ibu Ario Dilla.
Sejak awal dari pemerintahan Kiyai Gedeh Sedo Ing Lautan hingga pada masa
pangeran Sedo Ing Rejek,Palembang belum berstatus kesultanan,tetapi berturut-turut
masuk wilaya kekuasaan demak dan mataram.Baru dimasa pangeran Ario Kusumo
Abdurohim palembang ,memutuskan hubungan
dengan mataram dan beliau ini pula yang mendirikan kesultanan Palembang
Darusalam. Pangeran Ario Kusuma ( Ki Mas Hindi ) adalah Sultan Palembang yang
pertama dengan Gelar sultan AbdurahmanKholifatul Mukminin Syyidul yang
memerintah dari tahun 1659-1706. ( Team Perumus,1980 : 7 )
Yang
sebelumnya penguasa palembang dalah kakaknya sendiri Abdurahman yang sudah
melengserkan diri kepedalaman, ke Saka Tiga yang nantinya terkenal dengan Sunan
Candi Walang,yang selanjutnya Ki mas Hindi juga melepaskan diri dari Demak dan
Memproklamirkan Kemerdekaan Kesultanan Palembang Darusalam.( Mahmud,2004 : 47 )
Dan juga
berdirinya Kesultanan Palembang pada pertengahan abad ke 16 Masehi, tidak bisa
dilepaskan dari kemelut yang menimpah kerajaan islam Demak yang mengalami
perpecahan akibat perebutan kekuasaan pada tahun 1546 setelah meninggalnya
Sultan Trenggana antara Aria Penangsang dan pengeran Prawata ( anak pangeran
Tranggana ) . ( Jumhari, 2010 : 42 )
2.2. Sultan-Sultan
Palembang Darusalam
Setelah pangeran ario Kusumal mendirikan Kesultanan Palembang bebas dari pengusa
mataram,beliau menjadi Sultan yang pertama dengan gelar Sultan Abdurahman
Khilofatul Mukminin Syyidul imam yang wafat dalam tahun 1707 M. dalam tahun
1703 beliau menobatkan seorang putranya anak dari ratu agung sebagai raja
Palembang Darusalam yang kedua dengan gelar Sultan Muhammad Mansyur ( 1706-1714 ). Dalam tahun 1709 Sultan
Muhamad Mansyur telah menobatkan putranya yang sulung Raden Abu Bakar menjadi
pangeran ratu urboyo. Pewaris mahkota ini tidak sempat menjadi raja karena
wafat teraniaya sultan Muhamad Mansyur digantikan oleh adiknya ( Sesuai dengan
wasiatnya ) bernama Raden Wuju yang
kemudian menjadi sultan Palembang darusalam yang ketiga dengan gelar Sultan Agung Komarudin Sri Truno ( 1714-1724 )
. Kemudian beliau digantikan oleh keponakannya pageran Ratu Jayo Bikromo dengan gelar Sultan Mahmud badaruddin I yaitu Sultan
Palembang Darusalam yang ke IV memerintah
dari tahun 1724-1758. Sultan Palembang darusalam yang ke V adalah Pangeran Adi Kusumo putra ke dua dari sultam mahmud
badaruddin I adik dari raden jailani pangeran ratu yang wafat kenah amuk,dengan
gelar Sultan Ahmad najamudin I dan memerintah dari tahun 1758-1776. ( Team
Perumus, 1980 : 8 )
Sultan Ahmad Najamidin I digantikan oleh
putra mahkota yang setelah dinobatkan menjadi sultan Palembang Darusalam bergelar
sultan Muhamad Baha’uddin. Raja ini memerintah dari tahun 1776-1803.raja
yang ke VI ini wafat pada hari senin tanggal 21 Zulhija Tahun 1218 H. Sultan Muhamad
Bah’udin digantikann oleh putra sulungnya raden hasan pangeran ratu dengan
gelar sultan mahmud badaruddin II sebagai Sultan Palembang Darusalam yang ke
VII dan memerintah dari tahun 1803-1821. Baru aeminggu memgang tampuk
pemerintahan datanglah inggris meyerbu palembang ( 1811 ) .Sultan mahmud
badarudin II hijrah ke pedalaman untuk menruskan perang gerlya,setelah mewakilkan
pemerintahan kesultanan kepada adiknya pangeran adipati dengan gelar Sultan
Mudo. oleh Inggris beliau’diakui ‘. Sebagai raja pelembang dengan gelar Sultan
Ahmad Najamudin II,memerintah dari tahun 1812-1813. Dalam tahun 1813,Sultan
Mahmud Badaruddin II kembali ke Palembang memegang kampuk pemerintahan
kesultanan (1813-1821). Setelah Sultan mahmud Badaruddin II diasingkan ( 3-7 –
1821 ) beliau digantikan oleh putra sulung sultan Ahmad Najamudin II bernama Raden
Ahmad dengan gelar Sultan Ahmad Najamudin Prabu Anom ( 1821-1823 ). ( Team
Perumus, 1980 : 9 )
2.3. Perjuangan Sultan Mahmud
Badaruddin II
2.3.1. Sistem Pertahanan,
ciri Perawakan, Paras dan Rupa
Sultan mahmud badaruddin II yang
dijuluki sejarahwan inggris “ Never a
time tiger” ( Tidak pernah menjadi harimau jinak ) menggantikan ayahnya
pada 1804 selain sebagai siltan , SMB II sastrawan yang produktif. Naska-naska
kesultanan dibawah ke batavia oleh belanda. Banyak yang hilang sebelum dibawah
ke belanda seperti : Hikayat Martalana, Syair nuri, Pantun Sultan mahmud
badaruddin , Syair perang menteng. Beliau memimpin perang Palembang I (
1819-1821 ) pada SMB II menag melawan serangan Mutinghe ( Komisarin Belanda )
yang merupakn kemenangan pertama Kesultanan Palembang. Dan pada masa pemerintahannya
terjadi peristiwa pembantaian masal pada 14 September 1811. Semua warga asing (
Belanda, prancis serta serdadu khusus belanda dibantai mati oleh masa palembang
yang telah hilang kendali alat kesultanan ). SMB II minta belanda dengan
pasukan serta pedagang prancis agar meninggalkan palembang sedangkan inggris
pada masa itu sudah merebut batavia, dan itu membuat sultan khawatir akan
diserang inggris karena adanya orang belanda dan orang asing lainnya di
palembang. ( Mahmud, 2004 56-57 )
Dan Palembang sebagai pusat Pemerintahan
kesultanan palembang darusalam letaknya sangat strategis karena berada
dipertemuan sungai Musi dan anak-anaknya,sehingga menguntungkan bagi
perkembangan daerah tersebt terutama dibidang sosial, ekonomi, budaya, pertahanan,
dan keamanan. Sistem pertahanan palembang di bangun berdasarkan pertimbangan
yang seksama, dimana lalu lintas sungai dikuasai. Sebagai daerah Maritim yang
terutama dipusatkan untuk pengamanan jalur lalu lintas ini. Perdagangan
rempah-rempah yang maju pesat seperti lada dan cengkeh kemudian disusul pula
dengan hasil tambang berupa tima di Pulau bangka dan Belitung mutlak harus di
pertahankan. Tidaklah mengherankan kalau didalam masyarakat terdapat
kelompok-kelompok yang mempunyai tugas khusus membuat sarana angkutan berupa
berbagai bentuk dan ukuran perahu seperti orang Senan yang bukan saja pandai
membuat perahu tetapi juga terkenal sebagai ahli berkayu. ( Team Perumus, 1980
: 19 )
Persaingan antara Bangsa-bangsa Barat
dalam perdagangan rempah-rempah dan timah yang bersal dari daerah Palembang
kadang-kadang memuncak menjadi peperangan. Pada umumnya latar belakang
perselisiahan itu ialah untuk mendapatkan hak monopoli dalam perdagangan
rempah-rempah dan tima, para pedagang Belanda yang kemudian tergabung dalam VOC.
Ditahun 1602 meruakan pemenang dalam merebut perdagangan di nusantara. Dengan
demikian palembang yang dimasa itu merupakan bandar dagang yang ramai dan besar
di Indonesia harus berhadapan pula dengan V.O.C.
Sultan-sultan Palembang sudah sejak lama
menyadari bahaya yang akan timbul, oleh karena itu usaha mempertahankan wilaya
ini sangat diutamakan. Hampir pada setiap tempat yang baik di sepanjang sungai
musi sejak dari sungsang hingga ke muara rawas, dan juga dibuat benteng-benteng
dan ranjau-ranjau yang bertujuan menahan laju kapal Asing yang masuk ke ke
wilayah Palembang. Selanjutkan disediakan rakit-rakit api yang siap dibakar,
kemudian dihanyutkan atau di dorong ke arah kapal musuh. Selain dari pada
sistem perbentengan diatas maka juga perang grilya merupakn perang yang ampuh,
sehubungan dengan itu maka tebing dan tanjung demikian pula dengan semak dan
hutan disepanjang sungai-sungai yang letaknya strategis dijadikan tempat
penghadang musu. ( Team Perumus, 1980 : 21 )
Sedangkan menurut penjelasan orang tua-tua
yang pernah melihat dan menyaksikan orangnya sendiri, bahwa perawakan, paras
dan rupa SMB II pada waktu mudanya adalah sebagai berikut : Rambut ikal hitam
dan juga panjang sampai bahu. Alis mata tebal hitam, bertangkup. Warna kulit
putih kuning-sawo. Badan tinggi besar dan tegap. Matanya hitam dan tajam.
Ciri-ciri lainnya Kumis pendek lancip, jengot pendek lancip, tahi lalat sebelah
kanan mulut. ( Akib, 1979 : 18-19 )
2.3.2.
Peristiwa Loju Sungai Aur ( 1811 )
Hubungan perdagangan antara Belanda/VOC dengan Palembang sudah terjalin
sejak permulaan abad ke-17, terutama menyangkut komoditi lada dan timah. Pada
permulaan abad ke-19 terjadi perebutan kekuasaan di Nusantara antara Inggris
dan Belanda. Peristiwa ini adalah dalam rangka perang yang terjadi di Eropa
antara Inggris dan Perancis semasa kekuasaan Napoleon Bonaparte.
Negeri Belanda menjadi bagian dari Perancis yaitu Bataafse Republik,
oleh itu milik Belanda yang ada di
Nusantara pun direbut oleh Inggris. Terjadi penyerbuan tentara Inggris yang berpangkalan
di Malaka dan Penang ke Batavia/Jawa pada bulan Agustus 1811, kemudian
penyerahan kekuasaan Belanda kepada Inggris tanggal 18-9-1811 di desa Tuntang,
Jawa Tengah. Mengetahui hilangnya kekuasaan Belanda setelah penyerbuan ke
Batavia bulan Agustus 1811 tersebut, pada tanggal 14 September 1811 Sultan
Mahmud Badaruddin II meminta Residen Belanda beserta pasukannya meninggalkan
loji. la mula-mula menolaknya, kemudian 87 orang digiring naik ke kapal pada
hari itu, rupanya mereka mengadakan perlawanan, oleh karena itu sampai di muara
Sungsang mereka dibunuh semuanya dan kapal ditenggelamkan. Peristiwa ini
dikenal dengan "penyembelihan massal" (Palembang Massacre). Belanda
menuding Raffles (Penguasa Inggris di Indonesia) sebagai biang keladinya karena
menghasut Sultan melakukan itu, tetapi Raffles menolaknya dan menuduh Mahmud
Badaruddin II yang bertanggung jawab mengenai hal ini.
Seminggu
setelah pengusiran Belanda dari loji sungai Aur, maka loji tersebut dibakar
habis serta dibongkar sampai fondasinya. Rupanya Sultan tidak ingin melihat
adanya monumen Belanda yang masih tersisa meskipun hanya puing-puingnya.
Penyerbuan Inggris ke Palembang
tahun 1812
Hubungan
Sultan Mahmud Badaruddin II dengan Raffles cukup baik sebelum takluknya Belanda
dari Inggris. Tindakan Sultan yang menolak pembicaraan menyangkut timah Bangka
dan tidak memberi kesempatan meninjau loji sungai Aur yang telah rata dengan
tanah, dan pembunuhan orang-orang Belanda yang dianggap tak bermoral, merupakan
alasan Raffles (penguasa Inggris di Indonesia) untuk mengirim sebuah ekspedisi
militer di bawah Mayor Jendral Gillespie dari Batavia tanggal 20 Maret 1812.
Sultan
dengan pasukannya telah bersiap-siap menyambut ekspedisi tersebut dengan
memperkuat kubu-kubu pertahanannya di sepanjang sungai Musi, dengan kubu-kubu
meriam terapung, perahu-perahu bersenjata, rakit-rakit berisi bahan yang mudah
terbakar untuk menghambat kedatangan armada Inggris serta di pusat
pertahanannya di keraton (sekarang Benteng) dengan 242 pucuk meriam siap
menghadapi musuh.
Tetapi
karena pengkhianatan adiknya sendiri (Pangeran Adipati Najamuddin = Husin
Dhiauddin) dan lebih unggulnya persenjataan musuh maka dalam waktu seminggu
Palembang jatuh (24 April 1812). Sultan Mahmud Badaruddin II menyingkir ke
pedalaman dengan membawa segala perlengkapan kerajaan dan hartanya. Gillespie
menduduki kraton pada 25 April 1812 dan keesokan harinya bendera Inggris
dikibarkan didalam Kraton. Adik Sultan (Najamuddin II) dinobatkan oleh Inggris
dan harus menandatangani perjanjian pada 12 Mei 1812 yang isinya antara lain
penyerahan Bangka dan Belitung kepada Inggris. Kapten Meares yang diangkat
sebagai Residen Inggris ditugaskan mengejar Sultan Mahmud Badaruddin II dan
terjadi pertempuran di Bailangu dengan kekalahan pihak Inggris, Meares tertembak
dan akhirnya meninggal. Untuk mempertahankan posisinya Sultan mendirikan
kubu-kubu pertahanan di Muara Rawas dan daerah-daerah pedalaman dengan demikian
Sultan tidak dapat ditaklukkan.
Pengganti
Kapten Meares yaitu Mayor Robison yang bertugas di Palembang mulai 13 Februari
1813. Ia rupanya agak kurang sependapat dengan kebijaksanaan Raffles, dan
mengadakan perundingan dengan utusan S.M.B. II karena melihat beberapa
pertimbangan sebagai berikut: Ketidak becusan Najamuddin II dan ketidak
kepastian bantuan darinya, serta rakyat Palembang masih menghendaki kembalinya
S.M.B. II (yang berakibat negeri Palembang dalam keadaan anarki).
Perjanjian
Muara Rawas pun dibuat pada 29 Juni 1813, yang menyatakan S.M.B. II dapat
kembali ke Palembang dengan imbalan 200.000 dollar kepada pemerintah Inggris.
Tanggal 13 Juli 1813 S.M.B. II kembali ke Palembang dan duduklah dia sebagai
Sultan yang berdaulat. Tindakan Robison ini tentu saja tidak disetujui Raffles
karena mengangkat kembali Sultan yang sudah dipecat Raffles.
Raffles
mengirimkan sebuah komisi yang dipimpin Kapten George Elliot disertai pengganti
Robison, M.H.Court, serta Mayor W.Colebrooke dan Letkol Mc.Gregor yang membawa
400 pasukan Eropa, yang mulai berangkat pada 7 Agustus 1813. Robison diberitahu
bahwa segala tindakannya tidak dapat diterima dan ia dipecat kemudian ditahan.
( Kemudian hari setelah ia bebas, ia mengadukan kepada penguasa Inggris di
India dan di Inggris mengenai tindakan-tindakan Raffles yang tercela).
Komisi
tersebut memecat S.M.B. II setelah hanya sebulan bertahta dan mengangkat
kembali Ahmad Najamuddin sebagai Sultan Palembang. Perdamaian antara Inggris
dan Perancis di Eropa setelah jatuhnya Napoleon mempengaruhi politik di
Nusantara. Perjanjian London 13 Agustus 1814 menetapkan bahwa Inggris harus
menyerahkan kembali kepada Belanda semua koloninya di seberang lautan yang
didudukinya sejak 1803.
Kebijaksanaan
pemerintah Inggris ini kurang dapat tanggapan yang baik dari Raffles. Baru
kemudian pada 29 Juni 1817 koloni Belanda di Nusantara dikembalikan setelah
Raffles digantikan John Fendall. Raffles menetap di Bengkulu sebagai Residen
Inggris. Komisaris (Residen) Belanda di Palembang ditunjuk Mutinghe. ( http://seputarpalembang.wordpress.com/2012/10/23/masa-pemerintahan-sultan-mahmud-badaruddin-ii/ )
Dan sebenarnya Pada bulan april 1616, wakil VOC di Jambi, Andreas, mengirim
hadiah-hadiah bagi raja palembang untuk mengadakan pendekatan. Pangeran
palembang bersediah menjalin hubungan dagang dengan belanda, tetapi sayangnya
tindakan yang tidak terpuji dari kapal-kapal belanda terhadap orang palembang
antara lain gangguan terhadap utusan yang dikirim ke jambi,yang dari kejadian
ini membuat kemarahan masyarakat Palembang. ( Hanafiah,1989 :43 )
2.3.3. Perlawanan Terhadap
Belanda
Berdasarkan konvesi london tanggal 13
Agustus 1814, seperti telah disebutkan menjadi akhir bagian terlebih dahulu
belanda menerima kembali dari inggris daerah-daerah yang dulu pernah di
dudukinya ditahun 1803 termasuk beberapa daerah Kesultanan Palembang . Serah
terima itu dilakukan anatara M.H. Court ( Inggris ) dengan K. ( Belanda ) di
Mentok pada tanggal 10 Desember 1816.
Ketika seminggu kemudian dia Heynes ke Palembang, dipastikannya dua
kekuasaan,di satu pihak lalah Kekuasaan mahmud Badaruddin II dan dilain pihak
ialah Sultan Ahmad Najamudin II resmi menjadi sultan tetapi dia tidak mempunyai
kekuasaan terhadap rakyat karena dipedalaman rakyat berdiri di belakang Sultan
Mahmud Badaruddin II. Oleh karena itu K. Heynes tidak sangup melaksanakan
tugasnya menguasai Palembang, dan disamping itu banyak pula kesalahan-kesalahan
lain, maka digantikan oleh R. Coop Green anggota komisi pemeriksa keungan
sementara menungu kedatangan Mr. H. W. Mungtihe. Setelah Mungtihe tiba pada
tanggal 20 April 1819 administrasi berangsur-angsur dipusatkan dipalembangsedangkan
pekerjaan di Mentok diserahkan kepada M. A. P . Smisaert awal juli tahun 1818
Mungtinghe memulai aktivitasnya di palembang karena mengemban tugas menurunkan
Sultan Ahmad Najamudin II dan setelah itu menghapuskan Kesultanan Palembang untuk
selama-lamanya.
Untuk itu mungtihe mulai menjalankan
politik adu domba. Mula-mula diturkan Sultan Ahmad Najamudin II ( Sultan Mudo )
dari tahta secarah paksa dan akuhi dan diakuhi sultan Mahmud Badaruddin II
sebagai raja yang berdaulat jelas dengan tindakannya itu mungtihe menjalankan
politik adu dombah terhadap sultan dua bersaudara. Sultan najamudin II
mengetahui benar kebencian inggris terhadap belanda, lalu ia mengabarkan kepada
Rafles di Bengkulu, perihal tindkan mungtihe di Palembang
Rafles segerah mengirim sejumlah
serdadunya ke Kraton Kuto lamo yang setibanya di sana terus menaikan bendera
inggris, kejadian itu sangat mengejutkan belanda, lalu keraton kuto lamo di
kepung dan seluruh pasukan inggris di tangkapi, kemudian dikirim ke bengkulu
lewat betawi.
Mungtihe menudu dan memintah pertangung
jawab atas kehadiran pasukan inggris itu, kepada sultan ahmad Najamudin II. Setelah
menjalankan berbagai tipu muslihat akhirnya Mungtihe berhasil manawan Sultan
ahmad najamudin II, kemudian memberangkatkannya
ke Betawi dari sana beliau bersam keluarganya di asingkan ke cianjur (
30 0ktober 1818 ).
tindakan mungtihe ini sangat menyedihkan
perasaan Sultan Mahmud Badaruddin II dan dengan kejadian tersebut Sultan Mahmmud
Badaruddin II menyuruh masyarakat pedalaman untuk selalu bersiaga. Ketika
Mungtihe melakukan ekspedisi ke arah Musi Rawas untk meneliti apakah daerah
disekitar bener-bener sudah bersih dari tentara inggris, dia dan rombongannya
mendapat perlawan-perlawanan dari rakyat disana.
Dan pada tahun 1819 kapal - kapal Belanda
yang pada saat itu berlabuh di muarah Ogan bergerak ke hilir sambil menembaki Kuto
untuk membantu kapal-kapal lainnya, dari kapal-kapal itu diturunkan
pasukan-pasukan keparhu-perahu kecil, menyusuri sungai tengkuruk naik kedaratan
mereka mengalas pintu keraton ditembok sebelah kiri,tetapi mendapat perlawanan
dari pasukan palembang.
Gempuran dan serbuan Belanda dibalas
dengan gencatan senjata oleh laskar Palembang, sehingga kucar kacir dibuatnya.
Pasukan - pasukan di Kuto Lamo yang sibuk di pindahkan ke Loji sungai aur tak
sempat lagi menyusun pormasi tempur, sehinga lari pontang-panting diantarnya
banyak yang mati. Sungguh pertahanan palembang sehebat itu dan benar-benar
menakjubkan Belanda, sehingga sore itu (
15 06 1819 ) karena banyak menderita kekalahan
mundur dengan sisa pasukan dan perlengkapan perangnya ke Bangka dari dan langsung ke Betawi ( 19 juni 1819 ) ( Team perumus, 1980 : 32-34
)
Setelah kekalahan dari perang pertama
itu Belanda akhirnya melakukan ekspedisi lagi yang tiba di mentok pada akhir
agustus 1819, di diperkuat lagi dengan 4 kapal perang, bebrapa kapal kecil
dengan 500 orang serdadu dengan susah payah dapt melewati sungsang, namun
armada Belanda ini mendapat hambatan dikarenakan kapal-kapal besar itu tidak
dapat masuk ke Muara, tetapi harus menunggu pasang besar. di tanggal 18 Oktober
1819 diluar dugaan Belanda sampai menembaki benteng dengan kapal perang mereka
sehingga keadaan semakin kacau, dan tanpa di duga pula benteng-benteng tiada
hentinya memuntahkan pelurunya ke arah kapal Belanda dari pulang Kemarau sampai
ke Plaju. dan Belanda heran dengan kekuatan Palembang karena sultan sudah dari
empat bulan mempersiapkan kekuatannya itu dan akhirnya pertempuran itu
dimenagkan oleh Palembang.
Ekpedisi selanjutya dipimpin oleh
Jendral Baron kock berangkat dari betawi
10 juni 1821, kali ini kapal perang belanda pendarat 19,12 buah kapal
pengangkut,15 kapal meriam,6 kapal untuk merawat ,dengan 200 puncak
meriam.dengan banyak cara dilakukan kock untuk menembus pertahan palembang tapi
tidak berhasil sehingga pada tanggal 20 juni 1821 ( malam hari ) Kock mengerakan
pasukannya menembaki pertahanan palembang, dan pihak sultanpun membalas dengan
gencatan tembakan-tembakan balasan. Namun pada hari jum’at Belanda menghentikan
seranganya dan sultan mengira Belanda menghormati hari suci umat Islam, dan
akhirnya pada hari ahad perang dihentikan untuk menghoramti hari suci umat Kristen,namun
diluar dugaan pada ahad dinihari Belanda
menyusup dan berhasil memasuki Cerucup antara sungai lias dan pulau Kemarau sehingga
berhasil masuk ke arah hulu. Pihak sultan barulah sadar akan siasatnya belanda
dan akhirnya pulau kemarau diduduki musuh dan sampai pada khirnya Bentengpun diduduki
musuh sehingga pertahanan sultan diperairan tidak berdaya lagi. ( team Perumus,
1980 :37-39 )
2.4.
Akhir Perjuangan Sultan Mahmud Badaruddin
II
Seperti
pada pembahasan diatas akibat dari siasat licik dari pihak belanda pertahanan
palembang dapat di terobos pada tanggal 24 Juni 1821. Pada keesokannya harinya
jendral kock mengumumkan kata-kata ucapan terikasih atas perbuatan yang telah
dilakukan oleh para perwira dan bawahan dari angkatan laut dan angkatan darat
dan seluruh daerah pulau kemarau, plaju dan juga kuto besak akan abadi dalam
sejarah Belanda yang disebabkan kemenangan yang dicapai belanda. Pada tanggal
26 Juni 1821 di atas kapal perang jendrak kock menulis surat untuk kepada
sultan, bahwa Kock bukan untuk memerangi penduduk melainkan hanya ingin balas
dendam kepada sultan dan Kock juga menyarankan agar sultan meyerah kepada Belanda
demi kesealamatannya dan rakyatnya.
Beberapa hari kemudian Belanda mau
menyerang dan memusnakan Palembang, kapal-kapal perang mendarat menurunkan
pasukan infanrik mutri,guna meun sejangranga kapal terhadap Kraton dari darat dan kemudia Kock memerintahkan
kepada pasukannya agar menarik mundur pasukannya karena melihat pangeran Adipati
Mudo datang membawa kabar, bahwa kakanya SMB II bersediah memenuhi tuntutan
kock asal diberikan waktu padanya beserta keluarganya mempersiapkan
keberangkatnya selama dua hari asal mau menyingkirkan meriam-meriam dari Benteng.
Dua hari kemudian sultan muncul untuk menyerahkan diri dan kapten Elout
mendesak sultan naik kapal . ( 30 – 6 – 1821 ) .
Tanggal 1 juni 1821 dalam keadaan yang
sangat terjepit Sultan mengutus putranya pangeran Prabu Kusumo Abdul Hamid dan
menantunya Pangeran Kramo Jayo untuk menemui Sultan Ahmad Najamidin , prabu
anom, dan susuhan Husin Dhiauddin menyerahka pemerintahan Kesultanan. Setelah
itu sultan dan keluarganya bertirah di rumah pangeran Adipati Tuo.
Setiap hari sejak 1 juni itu Kock memerintahkan
kapten Elout mendesak diberangkatkan , namun Sultan tetap mengabaikan desakan
itu. Melihat sikap Sultan demikian itu, Belanda kehilangan kesabarannya lalu
menawannya. Kemudian menaikan beliau ke dalam kapal ( 3 juni 1821) dan
berangkat ke Betawi tanggal 6 juni 1821 tiba di sana 8 juni 1821 setelah itu
dibuang ke Banda dan terakhir ke Ternate ( Maret 1822 ) . ( Team Perumus, 1980
:40-41 )
BAB III KESIMPULAN
3.1.
Kesimpulan
Dari catatan Sejarah
tilisan dengan huruf Arab yang dibuat oleh priyayi di Palembang dapat dibaca
sebagai berikut : “ Telah di riwayatkan bahwa adalah berpindah beberapa anak
raja-raja dari tanah Jawa ke negeri Palembang dengan sebab huru hara Sultan
Pajang menyerang Demak dan adalah bermula menjadi raja di Pelembang dari pada
mereka itu Kiyai geding Suro Tuo anak Kiyai Gedih Siding lautan dan manakalah
wafat Kiyai Geding Suro Tuo itu maka digantikan oleh Kiyai Geding Suro Mudo
anak Kiyai Geding Ilir dan adalah pada ketika itu semuanya adalah anak-anak
raja yang perpindah dari tanah Jawa di Negeri Palembang.
Setelah pangeran ario Kusumal mendirikan
Kesultanan Palembang bebas dari pengusa mataram,beliau menjadi Sultan yang
pertama dengan gelar Sultan Abdurahman Khilofatul Mukminin Syyidul imam yang
wafat dalam tahun 1707 M. dalam tahun 1703 beliau menobatkan seorang putranya
anak dari ratu agung sebagai raja Palembang Darusalam yang kedua dengan gelar
Sultan Muhammad Mansyur ( 1706-1714 ). Dalam tahun 1709 Sultan Muhamad Mansyur
telah menobatkan putranya yang sulung Raden Abu Bakar menjadi pangeran ratu
urboyo. Pewaris mahkota ini tidak sempat menjadi raja karena wafat teraniaya
sultan Muhamad Mansyur digantikan oleh adiknya ( Sesuai dengan wasiatnya )
bernama Raden Wuju yang kemudian menjadi sultan Palembang darusalam yang ketiga
dengan gelar Sultan Agung Komarudin Sri Truno ( 1714-1724 ) . Kemudian beliau
digantikan oleh keponakannya pageran Ratu Jayo Bikromo dengan gelar Sultan
Mahmud badaruddin I yaitu Sultan Palembang Darusalam yang ke IV memerintah dari
tahun 1724-1758. Sultan Palembang Darusalam yang ke V adalah Pangeran Adi
Kusumo putra ke dua dari Sultam Mahmud Badaruddin I adik dari raden jailani
pangeran ratu yang wafat kenah amuk,dengan gelar Sultan Ahmad Najamudin I.
Sultan-sultan Palembang sudah sejak lama
menyadari bahaya yang akan timbul, oleh karena itu usaha mempertahankan wilaya
ini sangat diutamakan. Hampir pada setiap tempat yang baik di sepanjang sungai
musi sejak dari sungsang hingga ke muara rawas, dan juga dibuat benteng-benteng
dan ranjau-ranjau yang bertujuan menahan laju kapal Asing yang masuk ke ke
wilayah Palembang. Selanjutkan disediakan rakit-rakit api yang siap dibakar,
kemudian dihanyutkan atau di dorong ke arah kapal musuh. Selain dari pada
sistem perbentengan diatas maka juga perang grilya merupakn perang yang ampuh,
sehubungan dengan itu maka tebing dan tanjung demikian pula dengan semak dan
hutan disepanjang sungai-sungai yang letaknya strategis dijadikan tempat
penghadang musu.
3.2. Saran
Demikianlah penyajian makalah dari saya, dalam makalah ini saya menyadari masih
banyak kekurangan dalam penyususnannya, maka dari itu saya sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca agar dapat memperbaiki pembuatan makalah
dikemudian hari.
Daftar Pustaka
Akib R.H.M. 1978. Sejarah Perjuangan Sri
Sultan Mahmod Badaruddin Ke II. Palembang : Angrek
Hanfiah Jhohan,1989. Upaya Kesultanan
Palembang Menegakan Kemerdekaan. Jakarta: Karya Unipress
Jumhari, 2004. Sejarah Sosial Melayu, Keturunan
Arab dan Cina di Palembang. Padang Press.
Mahmud Imran Kiagus, 2004. Sejarah
Palembang. Palembang : Angrek.
Team Perumus hasil diskusi SMB II II.
1980. Risalah Sejatah Perjuangan SMB II. Palembang : Sekretariat Kota Madya
Palembang.
Sultan mahmud badarudin 2 adalah pahlawan Nasional yang berasal dari Sumatera selatan....
BalasHapus